Kamis, 13 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat Berkat Aksi Beli

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/compressed_Emas-Stabil-Menuju-Kenaikan-Bulanan-Ketiga.jpg

Bestprofit (14/11) – Harga emas kembali bergerak menguat pada awal sesi perdagangan Asia, menunjukkan bahwa minat pasar terhadap aset safe haven ini masih tetap solid. Kenaikan ini terjadi meski sejumlah analis menilai bahwa peluang aksi ambil untung dalam jangka pendek dapat menahan laju reli harga emas.

Menurut data pasar terbaru, emas spot naik 0,2% dan mencapai level $4.179,37 per ons, sebuah konsolidasi yang menunjukkan adanya daya beli kuat, terutama ketika harga emas mengalami koreksi.

Dalam lanskap yang penuh ketidakpastian ini, komentar dari para analis, termasuk Fawad Razaqzada, analis pasar Global Macro di FOREX.com, memberikan gambaran menarik mengenai dinamika pasar emas saat ini. Artikel ini akan membahas lebih rinci faktor-faktor yang memengaruhi penguatan emas, peran bank sentral, serta potensi risiko aksi ambil untung yang dapat menekan harga dalam waktu dekat.

1. Kenaikan Emas di Awal Sesi Asia

Perdagangan emas di sesi Asia pada hari ini dibuka dengan sentimen positif. Meskipun kenaikannya relatif moderat, yakni 0,2%, angka ini cukup kuat untuk menegaskan bahwa minat investasi terhadap emas tidak surut.

Faktor utama yang menopang pergerakan harga emas dalam beberapa pekan terakhir adalah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, termasuk kekhawatiran mengenai stabilitas geopolitik, fluktuasi suku bunga global, dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

Emas sering kali menjadi pilihan ketika investor mencari perlindungan dari inflasi atau volatilitas pasar. Pada kondisi ekonomi makro yang tidak menentu, reli emas biasanya didorong oleh arus masuk dana investor institusional dan ritel, serta aksi pembelian dari bank sentral global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Peran Bank Sentral dalam Mendorong Permintaan Emas

Salah satu faktor yang disorot dalam penguatan harga emas kali ini adalah potensi aksi beli oleh bank sentral di seluruh dunia. Razaqzada menekankan bahwa para pelaku pasar masih memperkirakan aksi beli oleh bank sentral akan terus berlanjut.

Bank sentral, terutama di negara-negara berkembang, telah meningkatkan kepemilikan emas sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa mereka. Ada beberapa alasan di balik tren ini:

a. Mengurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS

Di tengah geopolitik yang berubah dan ketegangan perdagangan internasional, banyak negara ingin mengurangi eksposur terhadap dolar AS. Emas menjadi alternatif yang stabil dan tidak terikat pada kebijakan satu negara tertentu.

b. Lindung Nilai terhadap Inflasi

Bank sentral juga menggunakan emas sebagai alat untuk menahan risiko inflasi jangka panjang, terutama ketika suku bunga di berbagai negara berada pada level yang tidak stabil.

c. Meningkatnya Kekhawatiran Geopolitik

Ketidakpastian di kawasan Eropa Timur, Timur Tengah, serta hubungan dagang antara kekuatan ekonomi besar telah mendorong bank sentral beralih pada aset aman.

Dengan alasan-alasan tersebut, aksi beli oleh bank sentral menjadi penopang kuat bagi harga emas global. Hal ini juga mempersempit ruang bagi penurunan harga dalam jangka panjang.

3. Potensi Aksi Ambil Untung: Ancaman bagi Kenaikan Harga

Meski tren besar mengarah pada reli harga emas, tidak semua analis sepenuhnya optimis. Razaqzada mengingatkan bahwa potensi aksi ambil untung dapat menekan harga emas dalam beberapa hari hingga minggu mendatang.

Ia menambahkan, “Saya sebenarnya akan mewaspadai sedikit aksi ambil untung untuk menurunkan harga kembali mendekati $4.000 per ons dalam beberapa hari dan minggu mendatang.”

Aksi ambil untung biasanya terjadi ketika harga sebuah aset telah menguat signifikan dalam waktu singkat. Investor yang ingin mengamankan keuntungan mereka cenderung menjual sebagian posisi, sehingga menciptakan tekanan jual.

Faktor yang dapat memicu aksi ambil untung meliputi:

  • Penguatan dolar AS
    Jika dolar AS menguat, harga emas cenderung melemah karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

  • Kenaikan imbal hasil obligasi AS
    Yield obligasi yang lebih tinggi membuat emas kurang menarik karena tidak memberikan bunga.

  • Perbaikan sentimen risiko pasar
    Jika pasar saham global pulih dan minat risiko meningkat, investor bisa berpindah dari emas ke aset berisiko.

Dengan harga emas yang kini berada jauh di atas area $4.000, wajar jika sebagian pelaku pasar mengantisipasi koreksi dalam waktu dekat.

4. Analisis Teknis: Apakah Koreksi Mendekati $4.000 Memungkinkan?

Secara teknis, area $4.000 per ons merupakan zona psikologis penting. Jika aksi ambil untung terjadi, level tersebut dapat menjadi titik uji berikutnya.

a. Tren Jangka Pendek

Grafik emas dalam jangka pendek menunjukkan pola bullish, namun beberapa indikator teknis seperti RSI (Relative Strength Index) dan MACD memberi sinyal jenuh beli (overbought). Kondisi ini membuka peluang koreksi ringan.

b. Zona Support Terdekat

Zona support kuat terlihat di area $4.050–$4.000, yang menjadi target koreksi wajar jika pasar melakukan penyesuaian harga.

c. Potensi Rebound

Jika harga emas terkoreksi ke area $4.000 dan didukung oleh aksi beli bank sentral, rebound yang kuat masih sangat mungkin terjadi.

Hal ini menciptakan skenario menarik bagi investor yang memanfaatkan strategi beli saat turun (buy the dip).

5. Mengapa Emas Tetap Menarik bagi Investor?

Walaupun aksi ambil untung jangka pendek mungkin menekan harga, emas tetap menjadi aset favorit untuk jangka panjang. Beberapa faktor penopang fundamental termasuk:

a. Inflasi Global yang Masih Menjadi Kekhawatiran

Banyak negara masih berjuang menurunkan inflasi ke target bank sentral. Emas kerap dijadikan lindung nilai terhadap tekanan inflasi yang berkepanjangan.

b. Ketidakpastian Kebijakan Moneter

Kebijakan suku bunga global masih berubah-ubah. Ketidakpastian ini menambah daya tarik emas.

c. Diversifikasi Portofolio

Portofolio modern tidak lengkap tanpa alokasi ke emas. Emas memberikan stabilitas ketika pasar saham dan obligasi mengalami volatilitas.

6. Prospek Emas dalam Waktu Dekat

Dengan kondisi pasar saat ini, ada dua skenario yang mungkin terjadi dalam jangka pendek:

1. Skenario Bullish (Kenaikan Lanjut)

  • Aksi beli bank sentral tetap kuat

  • Ketidakpastian ekonomi global meningkat

  • Dolar AS melemah

Dalam skenario ini, emas berpotensi melanjutkan kenaikan menuju area $4.200–$4.250.

2. Skenario Bearish (Koreksi Wajar)

  • Terjadi aksi ambil untung besar-besaran

  • Yield obligasi AS naik

  • Sentimen risiko membaik

Dalam kondisi ini, emas dapat terkoreksi menuju $4.050–$4.000 sebelum kembali naik.

Kesimpulan

Pergerakan emas di awal sesi Asia yang menguat 0,2% ke tingkat $4.179,37 per ons mencerminkan sentimen positif dari investor, yang percaya bahwa permintaan emas terutama dari bank sentral masih akan berlanjut.

Namun, analis seperti Fawad Razaqzada mengingatkan bahwa pasar juga harus mewaspadai kemungkinan aksi ambil untung dalam waktu dekat, yang berpotensi menekan harga emas mendekati $4.000 per ons.

Secara keseluruhan, meski volatilitas jangka pendek mungkin meningkat, fundamental jangka panjang emas tetap solid. Bagi investor, setiap koreksi berpotensi menjadi peluang untuk masuk kembali ke pasar, terutama jika aksi beli institusional terus berlanjut.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Rabu, 12 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat di AS

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Naik_Tipis_Powell_Kunci_Arah_Kebijakan-1.jpg

Bestprofit (13/11) – Emas, sebagai salah satu instrumen investasi yang sering kali menjadi pilihan aman dalam kondisi ketidakpastian, mengalami lonjakan signifikan hampir 2% dalam sesi sebelumnya. Meskipun demikian, pada hari Kamis, harga emas diperdagangkan sedikit lebih rendah, di bawah $4.200 per ons, setelah mengalami konsolidasi kenaikan selama empat hari berturut-turut. Kenaikan ini tercatat sebagai rekor terpanjang dalam sebulan terakhir, menggambarkan fluktuasi harga yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, khususnya ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat (AS) yang semakin meningkat.

Kondisi ekonomi AS yang tidak menentu, diperburuk dengan ketidakhadiran data ekonomi yang andal, memengaruhi pasar komoditas, termasuk emas. Para pedagang dan investor kini menghadapi ketidakpastian yang lebih besar terkait masa depan kebijakan moneter di AS, yang berdampak pada prospek emas sebagai instrumen investasi.

Ketidakpastian Ekonomi AS dan Dampaknya pada Emas

Pada Kamis pagi waktu Singapura, harga emas diperdagangkan pada angka $4.192,82 per ons, turun tipis sekitar 0,1% dari level sebelumnya. Meskipun demikian, selama minggu ini, emas telah menunjukkan performa yang cukup impresif dengan kenaikan hampir 5%. Salah satu faktor yang turut berperan dalam lonjakan harga emas adalah ekspektasi pasar bahwa suku bunga di AS mungkin akan mengalami penurunan lebih lanjut setelah pemerintah kembali beroperasi.

Sebagai informasi, ketidakpastian yang melanda pasar global sebagian besar berasal dari penutupan pemerintah AS yang berlangsung lama, yang menghambat aliran data ekonomi yang penting. Hal ini telah menyebabkan kekosongan informasi yang membuat investor kesulitan untuk memantau kondisi perekonomian AS secara akurat. Tanpa adanya data yang jelas mengenai inflasi, pengangguran, atau aktivitas ekonomi lainnya, banyak investor beralih ke proyeksi pribadi atau statistik swasta sebagai pengganti, meskipun hal ini tidak memberikan gambaran yang lengkap.

Pada saat yang sama, Gedung Putih memperingatkan bahwa laporan ketenagakerjaan dan inflasi resmi untuk bulan Oktober kemungkinan besar tidak akan dirilis tepat waktu. Ketidakpastian ini menambah keraguan di pasar, yang pada gilirannya mendukung tren kenaikan harga emas. Emas sering kali dianggap sebagai aset yang aman untuk melindungi nilai ketika ketidakpastian ekonomi atau politik meningkat, terutama ketika inflasi atau tingkat bunga berada dalam posisi yang tidak menguntungkan bagi investor.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penurunan Suku Bunga dan Dampaknya pada Emas

Salah satu alasan utama mengapa harga emas meningkat pada minggu ini adalah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melonggarkan kebijakan moneter mereka setelah penutupan pemerintah berakhir. Dengan adanya ketegangan di pasar tenaga kerja dan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, beberapa investor berasumsi bahwa langkah-langkah untuk menurunkan suku bunga bisa menjadi langkah yang baik untuk merangsang perekonomian.

Namun, ketidakpastian lebih lanjut muncul dari perbedaan pandangan di kalangan para pejabat Federal Reserve tentang perlunya pemotongan lebih lanjut terhadap suku bunga. Raphael Bostic, Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, dan Susan Collins, Presiden Federal Reserve Bank of Boston, keduanya menyatakan bahwa mereka lebih cenderung untuk mempertahankan suku bunga stabil dalam jangka waktu yang lebih lama guna menyeimbangkan inflasi yang masih tinggi.

Kebijakan moneter yang lebih ketat atau stabil bisa menjadi kabar buruk bagi emas, karena logam mulia ini tidak memberikan bunga atau dividen. Dalam hal ini, jika suku bunga tetap tinggi atau meningkat, investor cenderung lebih memilih instrumen lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi atau saham. Sebaliknya, penurunan suku bunga akan membuat emas lebih menarik, karena investor akan lebih tertarik pada aset yang tidak bergantung pada bunga.

Prospek Jangka Pendek untuk Emas

Meskipun harga emas mengalami penurunan tipis pada Kamis pagi, banyak analis percaya bahwa prospek jangka pendek untuk logam mulia ini tetap positif. Konsolidasi harga emas yang terjadi selama empat hari berturut-turut menunjukkan bahwa pasar sedang mencari titik keseimbangan antara kekuatan permintaan terhadap emas dan ketidakpastian yang ada di pasar global.

Selain itu, faktor geopolitik juga dapat memberikan dampak terhadap harga emas. Ketegangan yang terjadi di berbagai bagian dunia, baik itu terkait dengan konflik internasional atau ketegangan ekonomi antara negara besar, sering kali mengarah pada lonjakan permintaan akan emas sebagai instrumen lindung nilai.

Di sisi lain, meskipun ada optimisme mengenai potensi pemotongan suku bunga yang lebih lanjut, investor tetap harus memperhatikan pernyataan-pernyataan dari bank sentral AS dan data-data ekonomi yang akan keluar dalam beberapa bulan mendatang. Adanya ketidakpastian mengenai prospek ekonomi AS bisa saja membuat para investor kembali beralih ke emas sebagai salah satu alternatif investasi yang lebih aman, meskipun dengan volatilitas harga yang tinggi.

Perkembangan Harga Logam Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, perak juga menunjukkan kinerja yang cukup stabil dengan harga yang tetap bertahan mendekati level rekor. Sebagai logam mulia kedua yang sering diperdagangkan setelah emas, perak cenderung mengikuti tren harga emas, meskipun dengan volatilitas yang lebih besar.

Platinum, yang dikenal sebagai logam langka dan sering digunakan dalam industri otomotif, sedikit melemah pada hari Kamis. Meskipun permintaannya stabil, harga platinum cenderung lebih sensitif terhadap fluktuasi industri dan kondisi ekonomi global.

Sementara itu, paladium, yang memiliki permintaan kuat dalam industri otomotif untuk pembuatan komponen katalitik, sebagian besar tidak mengalami perubahan berarti pada hari itu. Harga paladium cenderung lebih bergantung pada tren industri kendaraan bermotor dan pengolahan bahan bakar, yang saat ini sedang mengalami perubahan signifikan karena peralihan menuju kendaraan listrik.

Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi dan Peran Emas

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mengalami penurunan kecil pada sesi perdagangan terbaru, pasar masih dipenuhi dengan ketidakpastian yang besar, terutama terkait dengan ekonomi AS dan kebijakan moneter yang akan datang. Meskipun para pembuat kebijakan memiliki pandangan yang berbeda mengenai pemotongan suku bunga, investor cenderung mengambil posisi yang lebih hati-hati sambil menunggu data ekonomi lebih lanjut.

Dalam situasi seperti ini, emas tetap menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan dari inflasi dan ketidakpastian pasar. Namun, volatilitas harga yang tinggi dan ketidakpastian global menjadikan emas sebagai investasi yang perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam konteks jangka panjang dan jangka pendek.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Selasa, 11 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Suku Bunga Fed

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Tahan_Gain_Pasca_Seruan_Trump_Pada_Gubernur_T-1.jpg

Bestprofit (12/11) – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, harga emas menunjukkan penguatan signifikan di sesi perdagangan pagi Asia. Hal ini terkait dengan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), yang semakin meningkatkan daya tarik logam mulia ini. Emas, sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga, cenderung lebih diminati ketika suku bunga turun, karena investor mencari alternatif investasi yang lebih aman di tengah gejolak ekonomi. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga emas, pengaruh data ekonomi AS, serta dampak pemangkasan suku bunga terhadap pasar emas.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan Dampaknya pada Emas

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed selalu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pasar emas. Ketika suku bunga dipangkas, return dari instrumen-instrumen berbunga seperti obligasi menjadi lebih rendah, membuat emas yang tidak memberikan bunga menjadi pilihan yang lebih menarik. Ini juga menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, di mana investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih stabil, seperti emas, untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Menurut analis Carsten Fritsch dari Commerzbank Research, data ekonomi AS yang lemah baru-baru ini meningkatkan kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Desember. Fritsch menambahkan bahwa pelambatan signifikan dalam ekonomi AS diperkirakan akan terlihat setelah publikasi data ekonomi lebih lanjut. Dalam kondisi ini, investor cenderung membeli emas sebagai bentuk perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi yang meningkat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pengaruh Data ADP terhadap Prospek Pemangkasan Suku Bunga

Data ketenagakerjaan di AS selalu menjadi indikator penting bagi kebijakan moneter The Fed. Salah satu laporan yang paling diperhatikan adalah laporan dari perusahaan penggajian ADP (Automatic Data Processing), yang memberikan gambaran mengenai jumlah pekerjaan yang hilang atau bertambah di sektor swasta. Laporan ADP terbaru memperkirakan bahwa sektor swasta AS kehilangan sekitar 11.250 pekerjaan per minggu dalam empat minggu hingga 25 Oktober.

Penurunan jumlah pekerjaan ini menunjukkan adanya pelambatan dalam sektor ketenagakerjaan, yang berpotensi memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan. Dalam konteks ini, ADP memberikan informasi penting yang semakin berpengaruh, terutama ketika penutupan pemerintah menghambat akses ke data resmi lainnya.

Dengan adanya penurunan pekerjaan dan ketidakpastian ekonomi ini, The Fed mungkin akan memutuskan untuk memangkas suku bunga guna merangsang perekonomian. Pemangkasan suku bunga ini biasanya akan mendorong investor untuk beralih ke emas, yang dikenal sebagai aset yang aman selama masa-masa ketidakpastian.

Keterkaitan Antara Data Ekonomi dan Keputusan The Fed

Sebagai bank sentral terbesar di dunia, keputusan kebijakan moneter The Fed memiliki dampak besar terhadap pasar global, termasuk pasar emas. Data ekonomi yang lemah, seperti penurunan jumlah pekerjaan dan perlambatan ekonomi, dapat mempengaruhi keputusan The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter mereka, salah satunya melalui pemangkasan suku bunga.

Fritsch menyoroti bahwa jika data ekonomi menunjukkan pelambatan yang lebih tajam, terutama di sektor pekerjaan dan industri, maka tekanan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga akan semakin besar. Dalam hal ini, The Fed mungkin akan merespon dengan langkah-langkah yang dapat mendorong inflasi, serta menciptakan lebih banyak ketidakpastian bagi investor. Ketidakpastian inilah yang akhirnya meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai tempat berlindung.

Dampak Penutupan Pemerintah terhadap Data Ekonomi

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para analis ekonomi adalah kurangnya data yang akurat dan tepat waktu akibat penutupan pemerintah AS (government shutdown). Penutupan ini menyebabkan gangguan dalam pengumpulan dan publikasi data ekonomi resmi, yang berperan penting dalam perumusan kebijakan moneter The Fed.

Untuk mengatasi kekurangan ini, perusahaan penggajian swasta seperti ADP menjadi lebih berpengaruh dalam memberikan gambaran mengenai kondisi pasar tenaga kerja dan ekonomi secara keseluruhan. Walaupun data dari ADP tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja secara keseluruhan, mereka tetap memberikan informasi yang berguna untuk memprediksi arah kebijakan The Fed. Oleh karena itu, ketergantungan pada data alternatif, seperti yang disediakan oleh ADP, semakin meningkat di tengah penutupan pemerintah yang berkepanjangan.

Mengapa Emas Dihargai di Tengah Ketidakpastian Ekonomi?

Sebagai logam mulia yang telah digunakan selama ribuan tahun sebagai alat tukar dan penyimpan nilai, emas memiliki daya tarik yang kuat di kalangan investor. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, terutama ketika suku bunga rendah dan inflasi meningkat, emas sering kali dianggap sebagai tempat berlindung yang aman. Kenaikan harga emas baru-baru ini, dengan harga spot mencapai $4.142,53 per ons, mencerminkan peningkatan permintaan terhadap aset ini.

Emas juga dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang. Ketika inflasi meningkat, nilai mata uang cenderung turun, dan emas memiliki kecenderungan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilainya. Selain itu, ketika ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan ekonomi global meningkat, banyak investor memilih emas sebagai investasi yang lebih aman dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya.

Prospek Harga Emas di Masa Depan

Dengan prospek pemangkasan suku bunga yang semakin tinggi, harga emas diperkirakan akan terus menguat. Meskipun fluktuasi harga emas dapat terjadi karena faktor-faktor lain seperti perubahan kebijakan moneter di negara lain atau perkembangan pasar komoditas, namun tren jangka panjang menunjukkan bahwa emas tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor yang menginginkan perlindungan terhadap risiko inflasi dan ketidakstabilan pasar.

Selain itu, ketegangan politik dan ekonomi global, seperti ketidakpastian terkait perdagangan internasional dan kebijakan fiskal, dapat terus meningkatkan daya tarik emas. Oleh karena itu, harga emas diperkirakan akan tetap berada dalam jalur kenaikan sepanjang tahun depan, terutama jika kebijakan The Fed menunjukkan tanda-tanda lebih banyak pelonggaran moneter.

Kesimpulan

Emas menunjukkan penguatan yang signifikan di tengah prospek pemangkasan suku bunga The Fed, yang meningkatkan daya tarik logam mulia ini sebagai investasi yang aman. Data ketenagakerjaan yang lemah, seperti yang dilaporkan oleh ADP, semakin meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah pelonggaran moneter dalam waktu dekat. Ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, baik di AS maupun di seluruh dunia, membuat emas menjadi pilihan yang menarik bagi investor yang ingin melindungi kekayaan mereka dari fluktuasi pasar dan inflasi.

Dengan pemangkasan suku bunga yang mungkin terjadi pada bulan Desember, serta data ekonomi yang semakin menunjukkan pelambatan, harga emas berpotensi terus menguat. Namun, investor perlu tetap memperhatikan perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang akan mempengaruhi harga emas di masa depan. Sebagai aset yang berfungsi sebagai pelindung nilai, emas tetap menjadi pilihan investasi yang populer di tengah ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

bestprofit futures

Senin, 10 November 2025

Bestprofit | Optimisme AS Dorong Kenaikan Harga Emas

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Menguat_Tipis_Menjelang_Pidato_Powell_dan_Upa-1.jpg

Bestprofit (11/11) – Harga emas mengalami kenaikan di awal perdagangan Asia, dengan kenaikan yang tercatat sebesar 0,1%, mencapai $4.118,68 per ons. Kenaikan ini terjadi seiring dengan munculnya tanda-tanda bahwa penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang telah berlangsung dapat segera berakhir. Situasi ini memicu perubahan sentimen pasar, yang mendorong harga emas naik di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Tanda-tanda Penutupan Pemerintah AS Akan Berakhir

Pada Minggu malam, Senat AS berhasil melangkah maju setelah Partai Demokrat memberikan cukup suara untuk meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang dapat mengakhiri kebuntuan politik yang telah menyebabkan penutupan sebagian besar pemerintahan AS selama beberapa waktu. Proses ini menunjukkan adanya kemajuan dalam upaya penyelesaian krisis anggaran yang telah mengganggu kelancaran operasional beberapa lembaga pemerintah.

Setelah berhasil disetujui di Senat, langkah selanjutnya adalah mengirimkan RUU tersebut ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik. Keputusan DPR mengenai RUU ini akan sangat menentukan apakah penutupan pemerintah benar-benar akan berakhir. Jika RUU ini disetujui, maka penutupan pemerintahan yang telah berlangsung dapat segera diakhiri, mengurangi ketidakpastian yang telah membebani pasar keuangan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Penutupan Pemerintah Terhadap Ekonomi AS

Penutupan pemerintah AS (shutdown) adalah kejadian yang terjadi ketika Kongres dan Gedung Putih gagal mencapai kesepakatan mengenai anggaran negara. Hal ini mengakibatkan sebagian besar lembaga pemerintah tidak dapat beroperasi secara normal, sementara sejumlah pegawai pemerintah terpaksa diliburkan tanpa gaji. Penutupan pemerintah juga menyebabkan penundaan dalam pelaporan data ekonomi penting yang biasanya diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

Salah satu dampak paling signifikan dari penutupan pemerintah adalah penundaan rilis data ekonomi yang sangat diperlukan oleh pasar dan pelaku ekonomi. Data tersebut meliputi berbagai indikator ekonomi penting, seperti angka pengangguran, data pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan laporan lainnya yang digunakan untuk memprediksi arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral AS.

Kembali Normalnya Rilis Data Ekonomi AS

Menurut Fawad Razaqzada, analis pasar dari FOREX.com, jika penutupan pemerintah benar-benar berakhir, maka data ekonomi AS yang sempat tertunda akan segera dirilis. Kembalinya rilis data ekonomi yang tertunda ini akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pelaku pasar untuk memperkirakan langkah-langkah kebijakan The Fed, khususnya mengenai suku bunga. The Fed memainkan peran kunci dalam menentukan arah kebijakan moneter di AS, yang pada gilirannya memiliki dampak besar terhadap pasar global, termasuk pasar emas.

Pasar akan sangat memperhatikan data ekonomi ini untuk mencoba memprediksi kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga berikutnya. Penurunan suku bunga oleh The Fed dapat mendorong kenaikan harga emas, karena emas sering dianggap sebagai aset yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi. Penurunan suku bunga juga membuat investasi dalam aset yang lebih berisiko menjadi lebih menarik, sementara emas sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga atau dividen akan menjadi pilihan yang lebih menarik ketika suku bunga lebih rendah.

Harga Emas Terkait dengan Kebijakan Moneter AS

Harga emas selalu dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral utama, terutama The Fed. Ketika suku bunga rendah, biaya peluang untuk memegang emas, yang tidak memberikan hasil atau bunga, menjadi lebih rendah, sehingga membuat emas lebih menarik bagi investor. Sebaliknya, jika suku bunga tinggi, investor cenderung mencari aset yang memberikan hasil lebih tinggi, seperti obligasi atau saham, yang dapat menekan harga emas.

Dengan munculnya tanda-tanda bahwa penutupan pemerintah AS akan segera berakhir, serta kemungkinan pengembalian data ekonomi yang sempat tertunda, pasar semakin yakin bahwa langkah-langkah kebijakan moneter The Fed dapat segera dipertimbangkan. Hal ini akan mendorong sentimen positif terhadap harga emas, yang cenderung naik dalam periode ketidakpastian ekonomi global.

Sentimen Pasar dan Aksi Investor di Pasar Emas

Pada awal perdagangan Asia, harga emas spot tercatat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,1% menjadi $4.118,68 per ons. Meskipun kenaikan ini tidak signifikan, namun perkembangan positif terkait penutupan pemerintah AS menunjukkan adanya potensi untuk pergerakan harga lebih lanjut, tergantung pada perkembangan lebih lanjut dari situasi politik dan ekonomi di AS.

Di sisi lain, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, termasuk ketegangan geopolitik, kebijakan ekonomi global, serta pergerakan dolar AS. Ketika dolar AS melemah, harga emas sering kali mengalami kenaikan, karena emas diperdagangkan dalam dolar dan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Namun, faktor utama yang mendorong harga emas saat ini adalah harapan bahwa penutupan pemerintah AS akan segera berakhir, yang akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan moneter The Fed. Keputusan The Fed mengenai suku bunga selanjutnya menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi prospek harga emas dalam beberapa bulan ke depan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Emas di Masa Depan

Beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam memprediksi arah pergerakan harga emas antara lain:

  1. Kebijakan The Fed dan Suku Bunga: Keputusan The Fed mengenai tingkat suku bunga dan kebijakan moneter lainnya selalu menjadi faktor kunci yang memengaruhi harga emas. Jika suku bunga tetap rendah, maka harga emas cenderung naik.

  2. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan politik atau konflik internasional dapat meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Krisis geopolitik yang melibatkan negara besar atau konflik regional dapat memicu lonjakan harga emas.

  3. Pergerakan Dolar AS: Harga emas sangat terkait dengan pergerakan dolar AS. Ketika dolar melemah, harga emas cenderung naik karena emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

  4. Permintaan dari Negara Pengimpor Utama: Permintaan emas dari negara-negara seperti China dan India juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Permintaan emas dari sektor perhiasan dan investasi dapat memberikan dorongan bagi harga emas.

Kesimpulan

Harga emas mengalami kenaikan yang moderat di awal perdagangan Asia, seiring dengan harapan bahwa penutupan pemerintah AS akan segera berakhir. Jika penutupan pemerintah berakhir dan data ekonomi AS yang tertunda kembali dirilis, maka pasar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai langkah kebijakan The Fed yang akan datang. Dengan adanya ketidakpastian ekonomi dan pasar yang bergerak dinamis, harga emas diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh faktor-faktor politik, ekonomi, dan kebijakan moneter di masa depan.

Pergerakan harga emas dalam waktu dekat akan sangat bergantung pada hasil dari proses legislasi di AS, serta dampak dari kebijakan moneter The Fed terkait suku bunga dan stimulus ekonomi. Sebagai aset safe haven, emas tetap menjadi pilihan investasi yang menarik di tengah ketidakpastian pasar, dan para investor akan terus mengawasi perkembangan terbaru di AS untuk menentukan langkah selanjutnya.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Minggu, 09 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Perlambatan Ekonomi AS

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Tertekan_Jelang_Jackson_Hole-1.jpg

Bestprofit (10/11) – Pada awal perdagangan Asia, harga emas mengalami penguatan tipis yang dipicu oleh tanda-tanda perlambatan ekonomi AS. Dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu, logam mulia seperti emas sering kali menjadi pilihan utama bagi para investor untuk melindungi nilai aset mereka. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai kondisi pasar emas, pengaruh data ekonomi AS, dan peran emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi.

1. Penurunan Indeks Survei Universitas Michigan: Tanda Perlambatan Ekonomi AS

Indeks utama survei Universitas Michigan yang dirilis pada bulan November menunjukkan penurunan yang lebih tajam dari yang diperkirakan. Indeks tersebut turun menjadi 50,3 pada bulan November, dari angka sebelumnya 53,6 pada bulan Oktober. Penurunan ini menunjukkan adanya penurunan kepercayaan konsumen di Amerika Serikat, yang biasanya mencerminkan potensi perlambatan ekonomi lebih lanjut.

Berdasarkan respons awal bulan November, banyak analis yang memperkirakan penurunan yang lebih ringan dalam indeks tersebut, yakni menjadi sekitar 53. Namun, data yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi, menambah kekhawatiran tentang kondisi ekonomi AS yang lebih lemah daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Penurunan kepercayaan konsumen ini biasanya menunjukkan adanya peningkatan ketidakpastian ekonomi. Konsumen yang lebih pesimis cenderung mengurangi pengeluaran mereka, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Di tengah ketidakpastian ini, investor sering kali mencari tempat yang lebih aman untuk menyimpan nilai kekayaan mereka. Emas, sebagai aset safe haven, sering kali mendapat permintaan yang lebih tinggi dalam situasi semacam ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Daya Tarik Emas Sebagai Aset Safe Haven

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven—yakni, aset yang cenderung dipilih investor ketika pasar keuangan sedang bergolak atau ketidakpastian ekonomi meningkat. Keistimewaan emas adalah bahwa nilainya cenderung tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang atau kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral, seperti halnya saham atau obligasi. Oleh karena itu, di saat krisis ekonomi atau gejolak pasar, emas sering dipandang sebagai pelindung nilai.

Salah satu faktor yang mendukung daya tarik emas sebagai aset safe haven adalah ekspektasi bahwa logam mulia ini akan tetap memiliki nilai yang stabil, meskipun terjadi perubahan signifikan di pasar keuangan global. Dalam hal ini, meskipun harga emas mengalami sedikit fluktuasi, para analis meyakini bahwa logam ini akan tetap diminati oleh investor, sehingga harga emas kemungkinan akan stabil pada level yang ada saat ini.

Analis komoditas dari Commerzbank Research, misalnya, dalam laporan riset terbarunya menyatakan bahwa meskipun harga emas mengalami kenaikan tipis, logam mulia ini kemungkinan akan tetap mempertahankan daya tariknya sebagai tempat penyimpanan nilai dalam jangka panjang. Hal ini diperkirakan akan membuat harga emas tidak jatuh signifikan, meskipun ada beberapa tekanan dari faktor eksternal, seperti kebijakan moneter atau gejolak pasar lainnya.

3. Reaksi Pasar Emas terhadap Kondisi Ekonomi AS

Harga emas spot pada awal perdagangan Asia mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,2%, menjadi $4.006,76 per ounce. Meskipun angka kenaikan ini terlihat kecil, namun tetap menggambarkan adanya permintaan yang relatif kuat untuk emas di tengah perlambatan ekonomi AS. Kenaikan harga ini mungkin terhubung dengan kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai pertumbuhan ekonomi AS, yang berpotensi menyebabkan para investor beralih ke emas sebagai tempat berlindung.

Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve AS. Dengan potensi adanya pelambatan ekonomi, ada kemungkinan bahwa Fed akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut. Hal ini bisa berdampak pada sentimen pasar terhadap dolar AS, yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan untuk aset berdenominasi dolar seperti emas. Biasanya, ketika suku bunga rendah atau bahkan stabil, emas menjadi lebih menarik karena biaya peluang untuk menyimpan emas (yang tidak menghasilkan bunga) menjadi lebih rendah dibandingkan dengan aset lain yang lebih berisiko.

4. Faktor-Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain faktor ekonomi domestik Amerika Serikat, harga emas juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal. Ketegangan geopolitik, krisis energi, dan ketidakpastian politik global dapat mempengaruhi daya tarik emas. Misalnya, ketegangan politik antara negara besar atau ketidakpastian pasar energi dapat memicu lonjakan harga emas karena investor berusaha melindungi diri dari potensi kerugian yang timbul akibat ketidakpastian tersebut.

Selain itu, faktor inflasi juga menjadi perhatian bagi pasar emas. Jika inflasi meningkat, nilai mata uang cenderung terdepresiasi, dan investor cenderung beralih ke emas yang dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Namun, meskipun inflasi telah menjadi masalah di banyak negara, kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral di banyak negara, termasuk Federal Reserve, dapat mengimbangi pengaruh inflasi terhadap permintaan emas.

5. Prospek Harga Emas ke Depan

Melihat ke depan, prospek harga emas masih tampak relatif positif, terutama jika kondisi ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Meskipun ada kemungkinan harga emas mengalami volatilitas jangka pendek, daya tarik emas sebagai aset safe haven akan terus menjaga harga di level yang stabil.

Peran emas sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global membuatnya tetap menjadi pilihan utama bagi investor. Hal ini terutama berlaku bagi investor yang mencari cara untuk melindungi nilai kekayaan mereka dari potensi risiko yang timbul akibat fluktuasi pasar keuangan atau krisis ekonomi global.

Dengan ekspektasi bahwa ekonomi AS akan terus menghadapi tantangan dalam beberapa bulan ke depan, kemungkinan besar kita akan melihat harga emas tetap berada dalam tren yang stabil atau bahkan mengalami kenaikan lebih lanjut. Hal ini akan semakin memperkuat posisi emas sebagai aset yang tak lekang oleh waktu dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

6. Kesimpulan: Emas Sebagai Aset yang Tangguh di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, penguatan tipis harga emas pada awal perdagangan Asia mencerminkan ketidakpastian yang sedang melanda pasar global, terutama di tengah penurunan kepercayaan konsumen yang tercermin dari data indeks survei Universitas Michigan. Ketika ekonomi AS mengalami tanda-tanda perlambatan, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven kemungkinan akan tetap tinggi, yang membuat harga emas tetap stabil pada level saat ini.

Meskipun harga emas cenderung fluktuatif dalam jangka pendek, namun daya tariknya sebagai pelindung nilai dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global tetap sangat kuat. Para investor yang mencari aset yang aman dari gejolak pasar dan risiko inflasi cenderung memilih emas sebagai pilihan utama mereka. Seiring berjalannya waktu, harga emas kemungkinan besar akan terus dipengaruhi oleh dinamika ekonomi AS dan faktor eksternal lainnya, namun posisinya sebagai aset safe haven tampaknya akan terus relevan di pasar komoditas global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Kamis, 06 November 2025

Bestprofit | Emas Naik, Ekonomi AS Goyang?

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Stabil_Jelang_Simposium_The_Fed_di_Jackson_Ho-1.jpg

Bestprofit (7/11) – Harga emas dunia kembali menguat pada sesi perdagangan Asia, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS). Data terbaru menunjukkan bahwa sejumlah besar perusahaan AS berencana memangkas tenaga kerja dalam jumlah signifikan, sementara penutupan sebagian pemerintahan federal yang telah berlangsung lebih dari sebulan semakin menekan aktivitas ekonomi. Di tengah meningkatnya ketidakpastian, investor beralih pada aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai portofolionya.

Lonjakan Rencana PHK di AS Picu Kekhawatiran Resesi

Sinyal terbaru mengenai pelemahan ekonomi AS datang dari laporan konsultan tenaga kerja Challenger, Gray & Christmas, yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan AS mengumumkan rencana pemangkasan lebih dari 150.000 pekerjaan pada bulan lalu. Angka ini hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan bulan September, mencerminkan tekanan yang semakin berat di dunia usaha akibat biaya pendanaan yang tinggi dan permintaan yang melemah.

Menurut laporan tersebut, sektor teknologi dan keuangan menjadi dua bidang yang paling terdampak. Perusahaan-perusahaan besar di Silicon Valley, misalnya, kembali melakukan restrukturisasi setelah periode ekspansi masif pascapandemi. Di sisi lain, bank-bank besar mulai memangkas tenaga kerja untuk menekan biaya operasional, seiring perlambatan aktivitas kredit dan meningkatnya risiko gagal bayar di segmen konsumen.

Data tersebut memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS—yang selama ini menjadi pilar kekuatan ekonomi—mulai menunjukkan tanda-tanda retak. Investor dan ekonom kini semakin yakin bahwa resesi teknikal bisa terjadi dalam beberapa kuartal mendatang, terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi dan The Federal Reserve mempertahankan kebijakan suku bunga yang ketat lebih lama dari yang diperkirakan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penutupan Pemerintah AS Masuki Hari ke-37: Aktivitas Ekonomi Terganggu

Selain data ketenagakerjaan yang suram, faktor lain yang memperburuk sentimen pasar adalah penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) yang telah memasuki hari ke-37. Kondisi ini menjadi salah satu yang terpanjang dalam sejarah modern AS, dengan dampak yang semakin nyata terhadap aktivitas ekonomi dan pelayanan publik.

Salah satu dampak paling signifikan muncul di sektor transportasi udara. Otoritas Penerbangan Federal (FAA) mengeluarkan perintah pengurangan lalu lintas udara sebesar 10% di 40 bandara utama di seluruh negeri. Kebijakan ini dilakukan karena kekurangan tenaga kerja akibat penundaan pembayaran gaji dan absennya sebagian staf penting. Penurunan volume penerbangan bukan hanya menghambat mobilitas warga, tetapi juga berdampak negatif terhadap rantai pasokan dan industri pariwisata.

Ekonom memperkirakan bahwa setiap minggu tambahan penutupan pemerintah dapat memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS sekitar 0,1 hingga 0,2 poin persentase. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka tekanan terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi bisa meningkat tajam, memperburuk prospek ekonomi dalam jangka pendek.

Dampak Terhadap Pasar Keuangan dan Sentimen Risiko

Kombinasi antara potensi perlambatan ekonomi dan ketidakpastian politik menyebabkan sentimen risiko di pasar keuangan global melemah. Indeks saham utama di Wall Street mengalami tekanan, dengan investor berbondong-bondong meninggalkan aset berisiko seperti saham teknologi dan kripto. Volatilitas meningkat, sementara indeks VIX, yang dikenal sebagai “indeks ketakutan”, menunjukkan lonjakan ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir.

Di pasar obligasi, yield Treasury AS turun karena meningkatnya permintaan untuk aset aman, menandakan bahwa investor mencari perlindungan di tengah ketidakpastian. Namun, pergerakan ini juga mencerminkan kekhawatiran bahwa perekonomian bisa kehilangan momentum secara lebih drastis dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Christopher Tahir, ahli strategi pasar senior di Exness, menilai bahwa kombinasi faktor makroekonomi ini berpotensi memperpanjang tren defensif di kalangan investor.

“Penutupan pemerintah yang berkepanjangan dapat terus membebani sentimen dan mendorong permintaan untuk aset safe haven,” jelas Tahir.

Menurutnya, kondisi seperti ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena logam mulia sering kali dipandang sebagai tempat berlindung dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Harga Emas Naik di Tengah Arus Beli Defensif

Sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar, harga emas spot naik 0,2% ke level $3.983,54 per ons pada perdagangan sesi Asia. Kenaikan ini mencerminkan arus beli defensif dari pelaku pasar yang mencari perlindungan terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan risiko politik di AS.

Penguatan emas juga didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang membuat biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah. Selain itu, dolar AS yang sedikit melemah memberikan tambahan dukungan bagi logam mulia, karena membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Jika tekanan ekonomi AS terus meningkat, tidak menutup kemungkinan harga emas akan menembus level psikologis penting di $4.000 per ons dalam waktu dekat. Namun, analis juga mengingatkan bahwa reli emas bisa menghadapi hambatan jika The Fed memberikan sinyal lebih hawkish dalam pernyataan kebijakan berikutnya atau jika data inflasi kembali menunjukkan kenaikan.

Peran Emas Sebagai Aset Lindung Nilai di Masa Ketidakpastian

Kenaikan harga emas kali ini kembali menegaskan peran penting logam mulia tersebut sebagai aset lindung nilai (safe haven). Dalam periode ketidakpastian, baik akibat krisis ekonomi, konflik geopolitik, maupun instabilitas politik domestik, emas sering kali menjadi pilihan utama investor global. Nilainya yang cenderung stabil dan tidak bergantung pada kinerja perusahaan atau kebijakan pemerintah menjadikannya pelindung nilai yang efektif.

Selama dua dekade terakhir, pola pergerakan emas menunjukkan korelasi negatif dengan pasar saham dalam periode krisis besar, seperti krisis finansial 2008, pandemi COVID-19 pada 2020, hingga konflik Rusia-Ukraina pada 2022. Kini, dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi AS dan gejolak politik di Washington, emas kembali memainkan peran strategis dalam portofolio global.

Prospek Ke Depan: Emas Bisa Terus Menguat?

Melihat perkembangan terkini, banyak analis memperkirakan bahwa tren penguatan emas masih akan berlanjut dalam jangka menengah. Ketidakpastian makroekonomi, potensi pelonggaran kebijakan moneter di tahun mendatang, serta permintaan fisik yang stabil dari Asia—khususnya India dan Tiongkok—menjadi faktor pendukung utama.

Namun, prospek ini tidak lepas dari risiko. Jika penutupan pemerintah AS berakhir lebih cepat dari perkiraan dan data ekonomi berikutnya menunjukkan perbaikan, maka minat terhadap aset berisiko bisa pulih, menekan harga emas. Selain itu, penguatan dolar AS secara tiba-tiba atau kenaikan kembali imbal hasil obligasi juga berpotensi membatasi laju reli emas.

Kendati demikian, sebagian besar pelaku pasar menilai bahwa landskap ekonomi global saat ini cenderung mendukung harga emas. Dalam lingkungan di mana ketidakpastian meningkat dan kepercayaan terhadap kebijakan fiskal serta moneter AS mulai goyah, emas tetap menjadi aset yang diandalkan.

Kesimpulan

Penguatan harga emas di sesi Asia kali ini bukan sekadar reaksi jangka pendek, melainkan cerminan dari meningkatnya kekhawatiran terhadap ketahanan ekonomi Amerika Serikat. Lonjakan rencana pemangkasan pekerjaan, penutupan pemerintah yang berkepanjangan, serta pelemahan sentimen pasar global telah menciptakan kombinasi faktor yang ideal bagi reli emas.

Selama ketidakpastian ini belum mereda, investor kemungkinan akan terus mencari perlindungan pada logam mulia tersebut. Dengan demikian, emas sekali lagi membuktikan dirinya sebagai simbol keamanan finansial di tengah rapuhnya fondasi ekonomi dunia modern.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Rabu, 05 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat Saat Investor Hindari Risiko

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Wait_and_See_Jelang_Jackson_Hole-1.jpg

Bestprofit (6/11) – Harga emas dunia menguat tajam pada perdagangan Rabu (5/11), mencatat kenaikan lebih dari 1% di tengah meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven. Kenaikan ini terjadi meski data ketenagakerjaan swasta Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, yang biasanya menekan harga logam mulia karena mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Kinerja Harga Emas di Pasar Global

Pada perdagangan sore waktu setempat (1930 GMT), emas spot naik 1,3% ke level $3.983,89 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember menguat 0,8% dan ditutup di $3.992,90 per ons.

Kenaikan harga ini menunjukkan bahwa investor kembali beralih ke emas setelah penurunan tajam yang sempat terjadi sehari sebelumnya, di mana logam mulia ikut terkoreksi bersama pasar saham dan aset berisiko lainnya.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen yang berbasis di New York, mengatakan bahwa penguatan emas kali ini menandakan adanya ketenangan di kalangan investor bullish.

“Emas dan perak menguat tipis meski laporan payroll swasta ADP lebih kuat dari perkiraan, yang saat ini menjadi indikator ketenagakerjaan terluas terbaik mengingat adanya penutupan (pemerintah). Ini memberi ketenangan bagi kubu bull yang kemarin terkejut karena logam ikut turun bersama aset berisiko,” ujar Wong.

https://best-profit-futures-malang.com/bestprofit-emas-menguat-di-tengah-pemulihan/

Data Payroll Swasta AS Menguat, tapi Investor Tetap Waspada

Kenaikan harga emas terjadi setelah laporan ketenagakerjaan swasta ADP menunjukkan peningkatan 42.000 pekerjaan baru pada Oktober, melampaui ekspektasi pasar sebesar 28.000 pekerjaan berdasarkan survei Reuters.

Secara historis, data ketenagakerjaan yang kuat dapat menjadi sinyal bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menahan diri dalam memangkas suku bunga. Suku bunga tinggi biasanya membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik. Namun, kali ini pasar tampak lebih fokus pada risiko ekonomi dan gejolak pasar saham ketimbang pada data makroekonomi semata.

“Pasar kerja yang masih kuat memang dapat menahan langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Namun kekhawatiran terhadap valuasi saham dan ketidakpastian global membuat investor mencari perlindungan,” tulis laporan pasar harian Kitco Metals.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Saham Melemah dari Rekor Tertinggi

Pada hari yang sama, indeks saham utama AS menunjukkan pelemahan setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Investor mulai mempertanyakan apakah reli yang didorong oleh euforia kecerdasan buatan (AI) dan stimulus moneter sudah terlalu jauh.

Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menjelaskan bahwa permintaan terhadap emas meningkat seiring munculnya kekhawatiran terhadap potensi gelembung pasar saham.

“Sebagian permintaan safe haven muncul di pertengahan pekan karena pasar saham global masih goyah di tengah pandangan bahwa saham AS dinilai terlalu tinggi dan ada gelembung saham AI,” ujar Wyckoff.

Kondisi ini memperkuat persepsi bahwa sebagian pelaku pasar mulai mengambil langkah lindung nilai terhadap potensi koreksi di pasar ekuitas, terutama setelah valuasi beberapa saham teknologi dinilai tidak lagi mencerminkan fundamentalnya.

Kebijakan The Fed dan Prospek Suku Bunga ke Depan

Salah satu faktor yang juga mendukung penguatan harga emas adalah kebijakan moneter terbaru dari The Fed. Bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga acuan pekan lalu, dengan Ketua Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemangkasan itu mungkin menjadi yang terakhir untuk tahun ini.

Langkah The Fed tersebut disambut positif oleh pasar keuangan global, namun tidak semua pelaku pasar yakin bahwa siklus pelonggaran akan berlanjut. Saat ini, peluang pemangkasan suku bunga tambahan pada Desember diperkirakan turun menjadi 63%, dari sebelumnya lebih dari 90% seminggu sebelumnya, menurut data CME FedWatch Tool.

Bagi emas, prospek suku bunga tetap menjadi faktor penentu utama. Dalam lingkungan suku bunga rendah, biaya peluang memegang emas—yang tidak memberikan imbal hasil—menjadi lebih kecil, sehingga mendorong permintaan. Sebaliknya, jika suku bunga bertahan tinggi, investor cenderung beralih ke aset berimbal hasil seperti obligasi pemerintah.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Meningkatnya ketidakpastian global menjadi faktor kunci di balik lonjakan permintaan emas. Investor kini berhadapan dengan kombinasi faktor risiko: volatilitas pasar saham, ketegangan perdagangan, serta ketidakpastian politik di AS menjelang tahun pemilu.

Selain itu, sidang Mahkamah Agung AS pada Rabu sore turut menjadi sorotan pasar. Sidang tersebut membahas legalitas tarif impor era Presiden Donald Trump, setelah pengadilan yang lebih rendah memutuskan bahwa pemerintah saat itu telah melampaui kewenangannya ketika memberlakukan bea berdasarkan undang-undang darurat.

Keputusan dalam kasus ini berpotensi berdampak besar terhadap kebijakan perdagangan AS ke depan. Jika tarif tersebut dinyatakan ilegal, pasar mungkin menafsirkan adanya penurunan risiko inflasi jangka menengah. Namun, ketidakpastian politik dan hukum di sekitar kebijakan perdagangan masih menambah sentimen kehati-hatian di kalangan investor.

Kinerja Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami penguatan pada perdagangan Rabu. Harga perak spot melonjak 2,2% ke $48,13 per ons, sementara platinum naik 1,7% ke $1.561,65, dan paladium menguat 2,4% ke $1.424,22 per ons.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa sentimen positif terhadap logam mulia secara umum meningkat, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset yang dianggap lebih stabil dibanding saham.

Perak, misalnya, tidak hanya diperdagangkan sebagai aset investasi tetapi juga memiliki permintaan industri yang kuat, terutama dari sektor energi terbarukan dan elektronik. Dengan meningkatnya harapan terhadap pemulihan manufaktur global, perak berpotensi mempertahankan momentumnya.

Analisis dan Prospek Ke Depan

Dalam jangka pendek, arah harga emas akan sangat bergantung pada data ekonomi AS berikutnya, terutama laporan non-farm payrolls (NFP) dan inflasi. Jika data menunjukkan perlambatan ekonomi, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga tambahan dapat meningkat, yang pada akhirnya memberikan dorongan baru bagi emas.

Namun, jika ekonomi AS tetap kuat dan inflasi bertahan di atas target, maka peluang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan meningkat—yang dapat menekan harga emas kembali ke bawah level psikologis $3.900 per ons.

Beberapa analis memperkirakan bahwa volatilitas emas akan tetap tinggi hingga akhir tahun. Ketidakpastian politik di AS, arah kebijakan moneter global, serta pergerakan dolar AS akan terus menjadi faktor dominan.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada Rabu (5/11) mencerminkan pergeseran sentimen investor menuju aset aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun data ketenagakerjaan swasta AS menunjukkan kekuatan ekonomi, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, kekhawatiran atas gelembung saham AI, dan prospek suku bunga masih menjadi pendorong utama permintaan logam mulia.

Dengan suku bunga yang kemungkinan tetap tinggi dalam jangka pendek dan pasar saham yang menunjukkan tanda-tanda kelelahan, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset favorit bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Jika ketidakpastian global berlanjut, tidak tertutup kemungkinan harga emas akan kembali menguji level psikologis $4.000 per ons dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Selasa, 04 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Pemulihan

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Naik_dari_Level_Rendah_Dua_Minggu-1.jpg

Bestprofit (5/11) – Harga emas dunia kembali mencatatkan penguatan tipis di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian. Setelah sempat terkoreksi 1,3% pada penutupan perdagangan berjangka sebelumnya, logam mulia ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan teknis. Menurut analis pasar komoditas, pergerakan ini mencerminkan fase konsolidasi alami setelah reli panjang, sekaligus reaksi terhadap sinyal yang beragam dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Konsolidasi Emas Setelah Koreksi Tajam

Harga emas berjangka bulan depan sempat turun 1,3% dalam perdagangan semalam, memicu kekhawatiran sementara di kalangan investor. Namun, analis TD Securities, Bart Melek, menilai bahwa kondisi tersebut bukanlah sinyal negatif, melainkan bagian dari proses konsolidasi harga setelah lonjakan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

Melek memperkirakan bahwa emas akan bergerak dalam kisaran $3.800–$4.050 per ons untuk sementara waktu. Kisaran ini dianggap sebagai level teknikal penting yang menunjukkan upaya pasar dalam mencari keseimbangan baru antara tekanan jual jangka pendek dan sentimen positif jangka menengah.

“Tidak terlalu mengejutkan melihat logam mulia ini berkonsolidasi di kisaran perdagangan yang lebih rendah,” ujar Melek dalam laporan risetnya. Ia menambahkan bahwa investor sedang menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed), yang belakangan ini menjadi faktor utama penggerak harga emas.

Faktor-Faktor yang Menggerus Sentimen Bullish

Selama beberapa bulan terakhir, emas menikmati momentum bullish yang kuat. Ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi yang membandel, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia telah mendorong harga logam mulia ini ke rekor tertinggi baru. Namun, Melek menilai bahwa “lingkungan pasar emas yang sempurna” tersebut kini mulai terkikis oleh sejumlah faktor baru.


Kunjungi juga : bestprofit futures

1. Ambiguitas Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Salah satu penyebab utama pergeseran sentimen adalah ketidakpastian mengenai waktu dan besarnya pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga pada akhir tahun 2025, namun data ekonomi terbaru yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS membuat The Fed lebih berhati-hati.

Ketika suku bunga tetap tinggi lebih lama, imbal hasil obligasi AS (Treasury yield) juga cenderung naik. Hal ini menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga, sehingga menjadi kurang menarik dibandingkan aset pendapatan tetap.

Dengan kata lain, semakin lama The Fed menunda pemangkasan suku bunga, semakin berat tekanan terhadap emas di jangka pendek.

2. Kekhawatiran terhadap Kebijakan Bank Sentral

Selain The Fed, sejumlah bank sentral besar lainnya—termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ)—juga menunjukkan sikap yang lebih hati-hati dalam pelonggaran moneter. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global dan mendorong volatilitas di berbagai aset, termasuk logam mulia.

Di sisi lain, pembelian emas oleh bank sentral dunia, yang sempat menjadi pendorong kuat harga pada awal 2025, mulai melambat. Beberapa negara pengimpor besar seperti Tiongkok dan Turki tampak menurunkan volume pembelian mereka karena kondisi pasar domestik yang melemah dan kebutuhan untuk menstabilkan mata uang masing-masing.

3. Perubahan Pola Pembelian Ritel di Tiongkok

Tiongkok, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, memainkan peran penting dalam menentukan arah harga logam mulia ini. Menurut Melek, pembelian ritel di Tiongkok belakangan menunjukkan tren melambat. Faktor-faktor seperti pelemahan ekonomi domestik, pasar properti yang lesu, serta ketidakpastian kebijakan pemerintah membuat permintaan emas perhiasan dan investasi menurun.

Meski demikian, penurunan tersebut lebih bersifat sementara. Dalam jangka panjang, permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan kembali meningkat seiring stabilisasi ekonomi dan kebangkitan daya beli masyarakat.

Pemulihan Teknis: Sinyal Bullish yang Mulai Terbentuk

Meski menghadapi sejumlah hambatan fundamental, beberapa indikator teknikal menunjukkan bahwa emas mulai membangun fondasi untuk kenaikan berikutnya. Penguatan tipis 0,1% menjadi $3.934,70 per ons dalam perdagangan terakhir menunjukkan minat beli yang perlahan meningkat di area support.

Analis teknikal menilai bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas level $3.800, tren jangka menengah tetap positif. Volume transaksi yang stabil dan pola pergerakan harga yang membentuk “higher low” juga menandakan potensi pembalikan arah dalam waktu dekat.

Melek memperkirakan bahwa setelah fase konsolidasi ini berakhir, emas berpeluang mencatat rekor kuartalan baru di atas $4.400 per ons pada paruh pertama tahun 2026. Proyeksi ini didukung oleh ekspektasi melemahnya dolar AS, penurunan suku bunga global, serta meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi.

Faktor Fundamental yang Dapat Mendorong Kenaikan Emas

Untuk memahami potensi kenaikan harga emas ke depan, perlu melihat lebih jauh pada faktor-faktor fundamental yang mendasarinya. Berikut beberapa aspek yang kemungkinan besar akan menjadi pendorong utama:

1. Inflasi yang Masih Sulit Dikendalikan

Meskipun inflasi global mulai menunjukkan tanda-tanda moderasi, sejumlah negara besar masih berjuang mengendalikan harga-harga yang tinggi. Harga energi dan pangan yang berfluktuasi, ditambah gangguan rantai pasok akibat konflik geopolitik, berpotensi menahan inflasi di atas target. Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi aset pelindung nilai yang paling diminati investor.

2. Ketegangan Geopolitik dan Ketidakstabilan Politik

Konflik di Timur Tengah, tensi antara AS–Tiongkok, serta ketidakpastian politik di beberapa negara berkembang, terus menambah daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven). Setiap kali terjadi eskalasi konflik atau guncangan geopolitik, harga emas cenderung naik karena investor beralih ke aset yang lebih stabil.

3. Diversifikasi Cadangan Bank Sentral

Tren global menunjukkan bahwa banyak bank sentral mulai menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS. Jika tren ini berlanjut, permintaan institusional akan menjadi salah satu faktor penopang kuat bagi harga emas di tahun-tahun mendatang.

Prospek Harga Emas Hingga 2026

Berdasarkan pandangan Bart Melek dan sejumlah analis lainnya, arah jangka panjang emas masih menunjukkan kecenderungan positif. Setelah periode konsolidasi di kisaran $3.800–$4.050, harga diperkirakan akan menembus resistance utama dan mencapai rata-rata di atas $4.400 per ons pada paruh pertama 2026.

Kondisi tersebut akan didorong oleh kombinasi faktor fundamental seperti penurunan suku bunga, melemahnya dolar AS, dan meningkatnya permintaan fisik dari Asia. Investor institusional juga diperkirakan akan kembali menambah posisi di aset logam mulia sebagai bagian dari strategi lindung nilai terhadap risiko sistemik.

Namun, Melek mengingatkan bahwa volatilitas tetap akan tinggi. Setiap perubahan arah kebijakan The Fed atau data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan bisa memicu koreksi sementara di pasar emas.

Kesimpulan: Emas Tetap Jadi Pilihan Strategis di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, meskipun emas tengah berada dalam fase konsolidasi, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Penguatan tipis yang terjadi saat ini menandai awal dari potensi pemulihan teknis setelah koreksi singkat.

Faktor-faktor seperti ketidakpastian kebijakan moneter, kekhawatiran inflasi, serta meningkatnya risiko geopolitik akan terus menjadi pendorong utama bagi kenaikan harga emas di masa mendatang. Dengan proyeksi harga rata-rata di atas $4.400 per ons pada 2026, logam mulia ini tetap menjadi salah satu aset paling strategis bagi investor yang mencari stabilitas dan perlindungan nilai dalam lanskap ekonomi global yang bergejolak.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures

Senin, 03 November 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi karena Kekhawatiran Tiongkok

 

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Diam_di_Tempat_Mata_Investor_Tertuju_ke_Jack-1.jpg

Bestprofit (4/11) – Harga emas global kembali mengalami pelemahan pada awal sesi perdagangan Asia. Sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran atas berakhirnya insentif pajak yang sebelumnya diberlakukan oleh Kementerian Keuangan Tiongkok untuk penjualan logam mulia. Kebijakan baru ini, yang efektif per 1 November 2025, menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya permintaan emas dari konsumen dan pelaku industri di negara tersebut — salah satu pasar emas terbesar di dunia.

1. Pelemahan Harga Emas di Awal Sesi Asia

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi US$3.997,62 per ons troi. Meski penurunan ini terlihat tipis secara persentase, pergerakan harga tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang nyata di kalangan investor mengenai arah kebijakan ekonomi Tiongkok terhadap sektor logam mulia.

Emas berjangka di bursa Comex juga mengikuti tren serupa, dengan penurunan tipis sekitar 0,15% di awal sesi. Aktivitas perdagangan yang relatif tenang menggambarkan sikap hati-hati pelaku pasar, menunggu kejelasan lebih lanjut dari otoritas Tiongkok terkait implementasi dan dampak nyata kebijakan tersebut terhadap rantai pasok logam mulia domestik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Latar Belakang Kebijakan Insentif Pajak Tiongkok

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah memberikan sejumlah insentif pajak untuk transaksi emas dan logam mulia lainnya, dengan tujuan mendorong aktivitas perdagangan dan memperkuat posisi Tiongkok sebagai salah satu pusat perdagangan emas terbesar dunia.

Insentif ini mencakup potongan pajak pertambahan nilai (PPN) dan kemudahan bagi pedagang besar atau lembaga keuangan yang terlibat dalam pembelian emas batangan. Dengan diberlakukannya kebijakan baru per November 2025, insentif tersebut secara resmi dihentikan.

Keputusan ini diperkirakan merupakan bagian dari langkah pemerintah untuk menstabilkan penerimaan fiskal dan mencegah potensi spekulasi berlebihan di pasar logam mulia. Namun, bagi pelaku industri, langkah ini justru menimbulkan kekhawatiran akan penurunan minat beli, terutama di segmen grosir dan manufaktur perhiasan.

3. Potensi Dampak terhadap Permintaan Emas di Tiongkok

Sebagai negara konsumen emas terbesar di dunia bersama India, Tiongkok memiliki peranan penting dalam menentukan arah harga emas global. Dengan berakhirnya insentif pajak, pelaku pasar memperkirakan akan terjadi perlambatan permintaan dari pengguna akhir, seperti produsen perhiasan, investor ritel, dan lembaga keuangan.

Menurut Daniel Ghali dari TD Securities, aturan baru ini “berpotensi mengurangi permintaan emas grosir bagi pengguna akhir,” karena meningkatnya biaya transaksi dan berkurangnya margin keuntungan bagi pelaku usaha.

Lebih jauh, Ghali menambahkan bahwa “aturan baru ini dapat berdampak signifikan pada ekosistem emas di Tiongkok,” termasuk terhadap aktivitas perdagangan di Shanghai Gold Exchange (SGE) dan sektor manufaktur perhiasan yang sangat bergantung pada bahan baku logam mulia tersebut.

4. Reaksi Pasar dan Investor Global

Pasar global merespons berita ini dengan hati-hati. Investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi dan melakukan rotasi sementara ke instrumen lain seperti dolar AS dan obligasi pemerintah.

Indeks dolar AS menunjukkan penguatan tipis di tengah meningkatnya permintaan aset safe haven non-logam. Sementara itu, yield obligasi AS tenor 10 tahun juga naik beberapa basis poin, menandakan adanya pergeseran sentimen dari emas ke instrumen pendapatan tetap.

Namun, beberapa analis melihat pelemahan emas kali ini sebagai koreksi jangka pendek, bukan perubahan tren jangka panjang. “Permintaan emas sebagai aset lindung nilai masih kuat, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi global,” ujar seorang analis di Bloomberg Intelligence.

5. Kondisi Fundamental Pasar Emas Global

Secara fundamental, pasar emas masih ditopang oleh beberapa faktor positif, seperti:

  1. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang masih berlangsung.

  2. Kebijakan suku bunga bank sentral global, terutama Federal Reserve, yang mulai mendekati fase pelonggaran.

  3. Permintaan investasi jangka panjang, baik melalui ETF emas maupun pembelian fisik oleh bank sentral di berbagai negara berkembang.

Namun, faktor tekanan dari sisi permintaan ritel — terutama dari Tiongkok — bisa menahan kenaikan harga dalam waktu dekat. Sebagai ilustrasi, Tiongkok menyumbang lebih dari 25% konsumsi emas global setiap tahunnya. Penurunan permintaan di negara tersebut dapat menyebabkan penyesuaian harga global dalam beberapa bulan mendatang.

6. Implikasi bagi Pelaku Industri dan Investor

Bagi pelaku industri perhiasan dan perdagangan logam mulia, perubahan kebijakan fiskal Tiongkok ini memaksa mereka untuk menyesuaikan strategi bisnis. Pabrikan mungkin akan menekan volume produksi atau mencari efisiensi biaya untuk mengimbangi kenaikan harga input.

Sementara itu, investor di pasar global menghadapi dilema. Di satu sisi, berkurangnya permintaan di Tiongkok dapat menekan harga emas dalam jangka pendek. Namun di sisi lain, pelemahan harga dapat menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka panjang, terutama yang memandang emas sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Banyak analis memprediksi bahwa harga emas akan tetap bergerak di kisaran US$3.950–4.050 per ons troi dalam jangka pendek, dengan potensi rebound apabila sentimen global kembali membaik atau terjadi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral utama dunia.

7. Pandangan ke Depan: Arah Emas Setelah Kebijakan Baru

Ke depan, dinamika harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama:

  1. Kebijakan lanjutan dari pemerintah Tiongkok, apakah akan ada langkah kompensasi untuk menjaga stabilitas industri emas domestik.

  2. Pergerakan nilai dolar AS dan suku bunga global, yang selama ini memiliki hubungan terbalik dengan harga emas.

Jika pemerintah Tiongkok memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai aturan pajak baru dan dampaknya dapat diminimalkan, pasar emas mungkin akan kembali stabil. Namun, bila kebijakan ini memperlambat aktivitas perdagangan secara signifikan, tekanan harga berpotensi berlanjut hingga akhir kuartal pertama 2026.

8. Kesimpulan

Pelemahan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan sensitivitas pasar terhadap kebijakan fiskal dan ekonomi Tiongkok, negara yang memiliki pengaruh besar terhadap rantai pasok dan permintaan logam mulia global.

Berakhirnya insentif pajak bagi penjualan emas menimbulkan kekhawatiran akan turunnya permintaan domestik, khususnya di sektor grosir dan manufaktur perhiasan. Meski demikian, banyak analis menilai tekanan ini bersifat sementara, karena fundamental pasar emas dunia masih cukup kuat berkat faktor geopolitik dan potensi pelonggaran kebijakan moneter global.

Dalam konteks investasi, periode koreksi seperti ini bisa menjadi momen penting untuk akumulasi, terutama bagi investor yang melihat emas sebagai aset jangka panjang. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat arah kebijakan ekonomi Tiongkok masih menjadi variabel kunci yang akan menentukan arah pasar emas di bulan-bulan mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures